ELARTIZEN – Berbicara tentang kepemimpinan, didalam organisasi adalah sebuah proses dimana seorang pemimpin memengaruhi dan memberikan contoh kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Pemimpin yang baik bukan dilihat dari seberapa banyak orang yang menjadi pengikutnya, bukan juga dilihat dari seberapa lama ia memimpin.

Rizkan Firman Direktur Utama PT Adhi Commuter Properti
Begitu pula dengan Bapak Rizkan Firman Direktur Utama PT Adhi Commuter Properti Tbk. Banyak bidang organisasi yang ia pimpin. Namun, Majalah Elartizen membahasnya dari sisi lain dari Rizkan Firman, sosok ayah di keluarga, bapak bagi perusahaan dan juga hobi-hobi yang menuntut ke akurasian proses yaitu photography.
Rizkan Firman arsitek lulusan Universitas Diponegoro, mengawali karier runtutannya tahun 1994 sebagai arsitek di PT Atelier Enam Bandung. Dua tahun kemudian karier arsiteknya kembali di uji PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Lalu, Kurun waktu 1996 hingga tahun 1999 baru lalu, selama sembilan belas tahun sudah pengalamannya bergelut dimanajerial PT Wijaya Karya Realty.
Tidak itu saja, kariernya terus menanjak dan ia pun dipercaya kembali sebagai Direktur PT Jakarta River City di tahun 2016. Kini di awal tahun 2020 beliau di dampuk memimpin pada perusahaan properti yang lekat dengan Transit Oriented Development sebagai Direktur Utama PT Adhi Commuter Properti Tbk., Anak perusahaan PT Adhi Karya (persero) Tbk.
Dalam obrolan dengan Elartizen Magazine, Rizkan Firman berbagi pengalaman tentang bagaimana ia menyenangi hobi dan memimpin perusahaan yang isinya sebagian besar anak-anak muda milenial.
“Bekerja itu awalnya harus punya tujuan dulu, lalu karier dan cita-cita. Nantinya dimana hasil tidak akan dipungkiri menjadi apa yang akan di harapkan. Dengan bekerja di bidangnya akan memberikan semangat “gue banget” diperkerjaan itu. Begitu juga dengan hobi saya yang butuh fokus rencana, sasaran, akurasi cahaya dan sedikitnya kesabaran untuk menangkap detil yang “gue banget” juga,” tutur Rizkan sapaan akrab Rizkan Firman, bercerita tentang awalnya berkarier bekerja dan hobi photographynya.
Menangkap Cahaya

Karya photography landscaping arsitektur, dari bidikan kamera digital Rizkan Firman, Satu hobi yang belum lama ia geluti kini. Dan Kesabaran menanti cahaya membuahkan hasil karya yang mampu mendapatkan perhatian di laman sosial media galeri photography-nya.
Gambar mengambar arsitektur membawa dirinya pada ilmu keakurasian dalam beberapa bidang bentuk. Sedang dalam dunia photography ada pada pengukuran cahaya. Pertama mengenal dunia photography amatir sewaktu ia bergabung di komunitas photo fashion. Iseng-iseng tapi belajar katanya dan ia memahami bahwa cahaya adalah kunci keberhasil suatu acara panggung tersebut.
“Kalau kita mengukur cahaya panggung dari show fashion tersebut yang kadang berubah mengikuti tema show gerak dan musiknya. Dinyatakan menarik oleh kita jika pengaturan cahaya menjadi tantangan tersendiri”.
“Disitu saya pasti menikmati pada indahnya cahaya yang menerangi panggung fashion itu untuk mendapatkan gambar acara seni seutuhnya. Apalagi model fashion dengan peragaan busananya dari designer, lebih terlihat menarik dengan cahaya itu,” tutur Rizkan sebagai seorang newbie yang akrab dengan sejumlah peragawati ternama dari hasil jepretan panggungnya.
”Jadi keberhasilan show tersebut adalah mampu menghadirkan cahaya yang bisa ditangkap oleh seni photo dan videography. Begitu pula dengan arsitektur dan landscaping yang saya coba share di sosmed”.
“Saya mencoba pada kesempatan sore hari kumpul dengan teman komunitas photo. Menangkapi cahaya dari atas gedung dan sharing pengetahuan photography. Walau dibilang baru mengelutinya, kesabaran dan akurasi dari cahaya itu yang ditunggu,” lanjutnya.
Dia juga menjelaskan bahwa photography itu cerita, bagaimana ketika menayangkan gambar untuk di bagikan (share), setidaknya dari sana, orang akan mendapatkan kejelasan dan mengerti poin apa yang disampaikan dari photo itu.
“Memang dalam photography khususnya properti, dibutuhkan sisi menarik (angel) dari dari ciri bangunan itu berikut dengan suroundingnya. ingat juga tata komposisi bisa menentukan,”jelas Rizkan.
Darah seni
Bukan bidang olahraga yang disenangi tapi ada jiwa seni yang dibawa sejak masih duduk di bangku sekolahan, menyebabkan kenapa Rizkan kecil lebih menyukai mata pelajaran seni dibanding kimia atau fisika. Ditambah dalam keseharian dalam keluarga pun turut support dan menyenangi dunia seni yaitu musik.
Piano satu satunya alat musik yang di mainkannya, genre musik klasik pilihan yang dipelajarinya selama enam tahun ini. Beethoven, Mozart, Bach nama-nama era musik klasik yang tak asing jika menyebutkan nama mereka dan memainkan alunan dentingan piano.
“Karena dalam keluarga kami lebih menyukai musik, mau tidak mau sejak mengenalnya, seni menjadi bagian dari pekerjaan, pribadi dan hobi juga. Nah, kadang mendengarkan musik klasik juga identik dengan perkembangan anak, kalau di perdengarkan sejak dalam kandungan menurut ahli, bisa menjadi stimulus daya pikir otak dan sensitifitas kreatifnya. Itu musik genre saya tapi jenis musik lain senang saya mainkan juga sih, “ jelas Rizkan tentang musik yang dia senangi.
Kepemimpinan
Berbicara tentang kepemimpinan, didalam organisasi adalah sebuah proses dimana seorang pemimpin memengaruhi dan memberikan contoh kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Pemimpin yang baik dilihat bukan dari seberapa banyak orang yang menjadi pengikutnya, bukan juga dilihat dari seberapa lama ia memimpin. Tetapi bagaimana bagaimana ia menciptakan leadership baru.
Dalam era serba cepat dan bekerja bersama anak muda milenial ACP, Rizkan Firman melihat ada sisi baik dan buruknya. Sehingga dikatakannya dia harus cepat membuat rencana untuk perusahaan. Walaupun pimpinan terdahulu sudah mempunyai rencana sebelumnya. Salah satunya leadership.
“Bagi saya sepakat bahwa pegawai itu adalah aset perusahaan yang harus sama dikembangkan dan tumbuhkan. Menurut saya pada generasi ini semangatnya seratus persen dan kepingin melakukan sesuatu, serta berbuat sesuatu untuk perusahaan. Jadi pastinya teman-teman milenial ini lekat dengan hal-hal yang penuh inovasi, Karena jaman ini dibutuhkan terobosan dari milenial untuk perusahaan. Generasi sebelumnya diharapkan membuat atau me-manage saluran kreatifitas inovasi merek sehingga mereka lebih fokus sesuai bidangnya. Karena itu diperlukan saat ini,” kata Rizkan.
Berkaca dan melihat pada anaknya yang juga milenial. Rizkan melihat bahwa generasi ini bosenan. Apalagi ketika kreatifitas mereka tidak tersalurkan – Elartizen Magazine